Laman

6.5.13

The first of all

Tadi sore, sekitar jam 5an, gue baca blognya @aMrazing. disitu dia nulis post yang isinya soal freestyle writing yang bisa kita buat dari 3 kata yang dijadikan ide. lo bisa baca postnya disini. pas pertama baca itu, gue langsung ngerasa "wow, ini keren abis." gue mau banget banget banget nyoba bikin. tapi gue pesimis. soalnya setiap cerita yang gue bikin selalu berakhir menjadi draft-draft tidak terurus di Evernote. tapi akhirnya tekad bulat gue mengalahkan segala kepesimisan gue. gue minta temen gue si @Amandautr untuk milih 3 kata secara acak dan dia milih kata karet, kartu, dan raket. daaaaan dari jam 7 malam sampai jam 10, akhirnya satu cerita pendek selesai dibuat. HAHAHAHAHA GILA MEN GILA GUE SELESAI BIKIN OMAIGAT HAHAHAHA SENENG BANGET. this is officially my first story of all loh. ANJRIT GUE MASIH SENENG DONG HAHAHAHAHA GILAAAAA.

Oke gue norak.

Gak usah banyak basa-basi, sekarang gue mau langsung share aja ceritanya kayak apa. silakan bacaaa!


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Aku menyesap hangatnya susu coklat di gelas putihku sambil menatap lekat-lekat setiap gerakan dan tindakan laki-laki di depanku. kutegaskan lagi, setiap gerakan dan tindakan. tidak terkecuali wajahnya yang terlihat sangat serius dan terlihat sangat hati-hati mengambil keputusan. 5 menit, 10 menit, 20 menit..............astaga. aku gak tahan lagi. 

"Arian, kamu ini main kartu apa abis ditembak sih? ngambil keputusan aja lama banget kayaknya," kataku sambil memalingkan wajah ke luar jendela kafe.

"Main kartu itu tidak semudah bermain bulutangkis, Nad. kalau kamu gak mau aku lama-lama, nih, aku kasih kartu-kartu full house kesayanganku," ucapnya seraya mengeluarkan 3 kartu Jack dan 2 kartu As. wow.

Kami berdua lalu terdiam. beberapa detik kemudian, kata 'bodoh' meluncur keluar ditemani dengan suara tawa kami berdua. sial, sudah lama tidak main kartu denganku, kupikir kemampuannya segitu-gitu saja. ternyata dia sekarang sudah jauh lebih hebat. yaaah, walaupun belum sehebat aku sih. 

"Sudah lama sekali rasanya kita tidak tertawa bersama seperti ini," kata Arian sambil menatap wajahku. 

Ya, sudah lama sekali rasanya aku dan dia tidak tertawa bersama seperti ini. terakhir kali kami bertemu dan tertawa bersama adalah setahun yang lalu, saat ia pergi ke Amerika untuk mengikuti turnamen badminton. selama setahun itu, aku menghabiskan waktuku untuk menonton setiap pertandingannya di layar kaca. aku selalu mengusahakan diriku untuk menontonnya bahkan saat aku tidak bisa. setahun tanpa sosoknya kuisi dengan kerinduanku yang setiap harinya terus bertambah. dan selama setahun itulah, aku menyadari bahwa aku telah jatuh cinta. dan perasaan itu terus tumbuh dan mengakar kuat sampai rasanya tak bisa kutahan lagi.

Sampai pada akhirnya, pukul 2 siang tadi, aku tercenung saat melihat kalimat pesan yang tiba-tiba muncul di layar handphoneku.

"Nad, aku pulang."

Saat membaca pesan itu, yang ada di pikiranku hanyalah keinginanku untuk bertemu dengannya. dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun caranya, semua akan aku lakukan selama aku bisa bertemu. kutekan tombol 'call' di handphoneku dan aku segera berlari keluar dari kantorku, pergi menuju bandara demi bertemu Arian. 2 kali, 3 kali, 4 kali, sampai 10 kali teleponku tidak terjawab. dan pada panggilan ke 11 lah kebahagiaanku berada. aku akhirnya bertemu dengannya tak lama setelah teleponku diangkat. rasa kangen yang luar biasa ini akhirnya terbayar hanya dengan melihat senyumnya secara live, bukan dari wawancara kemenangan yang biasa disiarkan di televisi atau internet. 

Dan selanjutnya, seperti yang kalian ketahui, kami sudah duduk di kafe ini sambil memainkan kartu remi milik Arian yang entah kenapa diikat dengan karet gelang warna merah. 

Walaupun sudah duduk dan bermain bersama dengannya selama 2 jam, aku belum ada sedikitpun niatan untuk menyatakan perasaanku yang tertahan selama setahun ini. aku gengsi dan takut kami jadi jauh. jadi, yah.....lebih baik aku simpan dulu perasaan ini sampai setidaknya satu tahun lagi. 

Lalu tiba-tiba Arian memecah lamunanku dengan sebuah pertanyaan. "Nad, aku boleh ngomong sesuatu?" Ia lalu mengaduk-aduk isi tas olahraga dibawah kursinya yang penuh dengan raket, seperti sedang mencari sesuatu.

"Kamu mau ngomong apa, Yan?" tanyaku penasaran. jarang sekali loh Arian bilang kalau dia ingin bicara sesuatu. selama kenal dia, aku selalu percaya bahwa Arian adalah tipe orang yang 'kalo mau nanya sesuatu ya nanya aja'. tipe jarang malu-malu dan seringnya blak-blakan. tapi aku tidak mau sok tahu dulu. bisa saja Amerika mengubah kebiasaan dan jati dirinya.

Arian akhirnya menegakkan posisi duduknya. ia lalu meletakkan sebuah kotak berwarna silver dengan pita dan ornamen-ornamen menarik diatas meja. 

"Nad, di hari-hari-hari pertama aku menetap di Amerika, aku merasa sangat bahagia. aku senang bisa menjalani hidup di negara lain, di tempat orang lain, di lingkungan yang jauh dari lingkungan biasaku. itu awalnya yang kurasakan. lalu selama 3 bulan kemudian, rasa bahagiaku lambat laun berubah menjadi rasa bosan dan kesepian. aku ditekan para pelatihku. aku ditekan agar selalu menjadi yang terbaik. and i did. aku menang banyak kejuaran selama aku di Amerika. aku bangga, tapi aku tidak bahagia. aku tetap merasa kurang. dan aku merasa rindu. rindu rumahku, rindu orang tuaku, rindu teman-temanku, rindu Jakarta. tapi satu yang paling kurindukan dari semuanya, aku rindu kamu, Nad. dan aku gak tau kenapa."

"Aku mencoba menghubungimu. tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. dan semua telepon itu selalu berakhir tidak terjawab. I was nearly going to give up on you, Nad. not only you, but also my whole life."

Aku tergelak. astaga. Amerika benar-benar mengubah hidup Arian. ia terus melanjutkan ceritanya dan aku tetap mendengarkan. walau ingin bertanya, aku sama sekali tidak berniat memotong ceritanya. itu semua semata-mata karena aku ingin tahu kelanjutan dari segala kata rindunya untukku.

"Lalu pada bulan ke 10 aku tinggal di Amerika, pelatihku tiba-tiba bilang bahwa aku akan kembali ke Indonesia 2 bulan lagi karena jadwal pertandingan untukku sudah habis dan akan digantikan pebulutangkis yang lain. aku tidak sedih. aku tidak kecewa karena aku digantikan. aku justru senang. setidaknya di Indonesia lah aku bisa bertemu lagi dengan kebahagiaanku."

Arian lalu berhenti bicara. ia tersenyum dan mendorong kotak berwarna silver itu ke arahku. "Buka, Nad." aku menerimanya dan langsung membuka kotak tersebut.

Dan hanya dalam hitungan detik. aku menangis. bukan menangis karena duka, tapi karena terharu bahagia. aku tersenyum dan melihat ke arah Arian yang juga tersenyum. "Aku suka kamu, Nad. Will you be mine?"

Aku mengangguk, tentu saja. ia pun lalu memelukku yang saat itu masih menangis terharu. aku tenggelam. aku tenggelam dalam kebahagiaan dan pelukan Arian yang menghangatkan. siapa yang sangka rasa rindu dan cintaku yang terpendam selama ini bisa terbalas dengan begitu indah dan manis?

Aku masih memegang kotak silver yang tadi di beri Arian. kotak itu berisi kalung dengan permata berwarna putih dan sebuah kertas yang bertuliskan:

"You are my happiness. and my love for you is eternal."




----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


NAAAAH CERITANYA SELESAAAAI!! gimana gimana? bagus gak? maaf ya kalo bagian karetnya cuma sedikit banget....hehehe tolong kasih komentar dong. soalnya ini cerita pertama gue.........kasih komentarnya yang tajem2 gak apa-apa kok, biar gue termotivasi. kasih komentarnya di comment box bawah atau di twitter gue (@puspacntya) juga gapapa....plis kasih komentar ya, biar aku bisa lebih bagus lagi nulisnya. HEHEHEHEEHHEHE makasih yang udah baca. :*

See you next post!!

Bstrgrds, 


No comments:

Post a Comment